Minggu, 15 Januari 2017

Malam Minggu Kelabu



“Tujuan pacaran adalah untuk putus.
Bisa karena menikah, bisa karena berpisah.”
-Pidi Baiq, 1972-2098

            Aku dapatkan stiker kata-kata itu dari hasil mengikuti seminar bedah buku Dilan yang diadakan di kampus. Ketika aku membaca, awalnya aku tidak percaya bahwa mengapa banyak orang yang tetap pacaran, padahal sang penulis berkata seperti yang tertulis pada stiker yang aku pegang ini. Aku pun tidak menggubrisnya, lalu ketika berada di kostan, aku menempelnya di lemari pakaian.

            Sakit. Sakit hati. Siapa sih yang ingin merasakannya?
            Pasti semua manusia di muka bumi ini tidak akan ada yang mau merasakan bagaimana itu rasanya
            sakit hati.
Pedih. Pedih hati ini. Terasa sangat menusuk di lubuk hati yang paling dalam.
Perih. Perih hati tak tertahankan lagi. Tergores luka yang cukup dalam.

            Iya benar. Semua itu sedang aku alami. Kini aku sadar. Bahwa ada benarnya juga apa kata Pidi Baiq. Kini aku merasakannya. Merasakan rasa sakit hati yang benar-benar membuat hati ini pedih. Mood berantakan. Seakan bintang-bintang di langit runtuh menimpa diriku.

            Kenapa sih, disaat kita masih sayang-sayangnya, bisa saja orang yang kita sayangi itu pergi. Pergi begitu saja dari hati ini.

            LDR memang enak tidak enak. Enaknya, kita jadi bisa belajar bagaimana menjaga hati pasangan. Belajar untuk saling terbuka, saling jujur, dan mengerti. Dan yang paling penting belajar kesabaran. Sabar dalam menahan rindu.

            Singkat sekali ya waktu yang kita lalui bersama. Aku baru pertama kali ketemu kamu secara langsung. Kesan pertama aku ketemu kamu, ya wow. Kamu keren. Kamu ganteng. Jujur itu yang aku rasakan. Hati aku semakin berbunga-bunga. Tapi kita Cuma sebentar. Tidak lama. Aku di Bandung, kamu di Bekasi.

            Setiap malam, di kostan sebelum aku terlelap dalam mimpi, aku selalu mendengarkan lagu RAN – Dekat Di Hati sebagai lagu yang mewakili hubungan kita dan mengiringi waktu tidurku. Kenapa aku memutar itu? Karena aku ingin selalu ingat kamu. Kita berjauhan, tapi jangan sampai jauh di hati. Aku percaya suatu saat nanti kita akan bertemu. Aku selalu menunggu waktu libur tiba. Ya untuk apa? Hanya untuk bertemu kamu. Oh tidak juga, aku harus bertemu keluarga, dan teman-temanku.

            Aku ingin terlihat cantik ketika bertemu denganmu. Maka dari itu, aku selalu berusaha untuk merawat diri.

            Kamu tahu gak? Aku pernah mimpiin kamu. Meski lupa, sekitar 2 atau 3 kali, yang pasti aku pernah mimpiin kamu. Walau jiwa ini tak bertemu, namun raga ini bertemu di alam mimpi.

            Tapi sekarang berubah. Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku gak siap. Sungguh tidak siap menerima kenyataan bahwa aku harus melepasmu. Kamu yang akhir-akhir ini udah ngebuat hidup aku berwarna. Kamu yang selalu aku banggakan di depan teman-teman aku. Dan kamu yang selalu aku pikirkan di sela-sela padatnya jadwal kuliahku.

            Malam itu aku mendengar kabar buruk saat aku sedang fokus mengerjakan tugas, pesan Line darimu masuk ke HPku. Yang berisikan bahwa hubungan kita terancam. Terancam untuk putus. Kata-kata yang tidak pernah ingin kudengar. Seketika mood aku langsung turun.

            Kamu menjelaskan mengapa kita harus putus. Orang tua kita sama-sama tidak mengizinkan anaknya untuk pacaran. Tadinya backstreet adalah pilihan yang tepat. Namun tidak lagi untuk sekarang.

            Bagaimanapun juga, aku sebenarnya tidak ingin berpisah sama kamu. Malam itu air mataku langsung mengalir deras. Lama untuk berhenti. Aku tidak ingin menangis hanya karena putus cinta. Aku harus kuat. Tapi mungkin karena rasa kecewa karena kamu gak bisa mempertahanin hubungan kita dan rasa sedihku yang tidak bisa terbendung lagi. Malam itu terasa tersambar oleh petir. Malam yang sangat kelabu.

            Hanya 24 hari kita menyandang status. Belum genap sebulan kita harus berpisah. Padahal kamu kado terindah aku. Kita jadian sehari setelah aku berulang tahun. Kebahagiaanku saat itu makin bertambah selain teman-teman dekatku hadir dan merayakan ulang tahunku di Bandung. Aku ingat-ingat kembali saat pertama kali kita berkenalan. Sangat manis. Kita hasil comblangan sahabatku. Sahabatku juga sahabat kamu di kampus. Awalnya aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Aku hanya menganggap kamu teman saja. Tidak ada rencana berkomitmen untuk hubungan yang lebih serius.

            Seiring berjalannya waktu, rasa itu mulai tumbuh, dari 0 menjadi suka, dari suka menjadi sayang, dan dari sayang menjadi cinta. Dan pada akhirnya menjadi kenangan.

            Aku senang bisa kenal kamu. Aku berterima kasih atas segalanya. Waktu, kenangan, suara, perasaan, senyuman, candaan yang sudah kita lakukan.

            Berharap ini semua mimpi burukku. Ketika bangun, kejadian itu memang tidak terjadi. Tapi nyatanya, itulah yang harus aku terima. Aku mencoba untuk mengikhlaskan dan merelakan bahwa kita telah usai. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik yang memang harus kita alami. Apabila kita berjodoh, semoga Allah mempersatukan kita kembali di lain waktu.
Aku sayang kamu Fiq. Because you’re always still in my deep heart as my prince~ <3

Ini adalah cerita pengalaman pahitku yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2017. Aku harap dia dapat membaca tulisan ini juga. Supaya dia tahu, bahwa aku masih menyayanginya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar