“Tujuan pacaran adalah
untuk putus.
Bisa karena menikah,
bisa karena berpisah.”
-Pidi Baiq, 1972-2098
Aku
dapatkan stiker kata-kata itu dari hasil mengikuti seminar bedah buku Dilan
yang diadakan di kampus. Ketika aku membaca, awalnya aku tidak percaya bahwa
mengapa banyak orang yang tetap pacaran, padahal sang penulis berkata seperti
yang tertulis pada stiker yang aku pegang ini. Aku pun tidak menggubrisnya,
lalu ketika berada di kostan, aku menempelnya di lemari pakaian.
Sakit.
Sakit hati. Siapa sih yang ingin merasakannya?
Pasti semua manusia di muka bumi
ini tidak akan ada yang mau merasakan bagaimana itu rasanya
sakit hati.
sakit hati.
Pedih. Pedih hati ini. Terasa
sangat menusuk di lubuk hati yang paling dalam.
Perih. Perih hati tak
tertahankan lagi. Tergores luka yang cukup dalam.
Iya
benar. Semua itu sedang aku alami. Kini aku sadar. Bahwa ada benarnya juga apa
kata Pidi Baiq. Kini aku merasakannya. Merasakan rasa sakit hati yang
benar-benar membuat hati ini pedih. Mood berantakan. Seakan bintang-bintang di
langit runtuh menimpa diriku.
Kenapa
sih, disaat kita masih sayang-sayangnya, bisa saja orang yang kita sayangi itu
pergi. Pergi begitu saja dari hati ini.
LDR
memang enak tidak enak. Enaknya, kita jadi bisa belajar bagaimana menjaga hati
pasangan. Belajar untuk saling terbuka, saling jujur, dan mengerti. Dan yang
paling penting belajar kesabaran. Sabar dalam menahan rindu.
Singkat
sekali ya waktu yang kita lalui bersama. Aku baru pertama kali ketemu kamu
secara langsung. Kesan pertama aku ketemu kamu, ya wow. Kamu keren. Kamu ganteng.
Jujur itu yang aku rasakan. Hati aku semakin berbunga-bunga. Tapi kita Cuma sebentar.
Tidak lama. Aku di Bandung, kamu di Bekasi.
Setiap
malam, di kostan sebelum aku terlelap dalam mimpi, aku selalu mendengarkan lagu
RAN – Dekat Di Hati sebagai lagu yang mewakili hubungan kita dan mengiringi
waktu tidurku. Kenapa aku memutar itu? Karena aku ingin selalu ingat kamu. Kita
berjauhan, tapi jangan sampai jauh di hati. Aku percaya suatu saat nanti kita
akan bertemu. Aku selalu menunggu waktu libur tiba. Ya untuk apa? Hanya untuk
bertemu kamu. Oh tidak juga, aku harus bertemu keluarga, dan teman-temanku.
Aku
ingin terlihat cantik ketika bertemu denganmu. Maka dari itu, aku selalu
berusaha untuk merawat diri.
Kamu
tahu gak? Aku pernah mimpiin kamu. Meski lupa, sekitar 2 atau 3 kali, yang
pasti aku pernah mimpiin kamu. Walau jiwa ini tak bertemu, namun raga ini
bertemu di alam mimpi.
Tapi
sekarang berubah. Hal yang aku takutkan benar-benar terjadi. Aku gak siap. Sungguh
tidak siap menerima kenyataan bahwa aku harus melepasmu. Kamu yang akhir-akhir
ini udah ngebuat hidup aku berwarna. Kamu yang selalu aku banggakan di depan
teman-teman aku. Dan kamu yang selalu aku pikirkan di sela-sela padatnya jadwal
kuliahku.
Malam
itu aku mendengar kabar buruk saat aku sedang fokus mengerjakan tugas, pesan
Line darimu masuk ke HPku. Yang berisikan bahwa hubungan kita terancam. Terancam
untuk putus. Kata-kata yang tidak pernah ingin kudengar. Seketika mood aku
langsung turun.
Kamu
menjelaskan mengapa kita harus putus. Orang tua kita sama-sama tidak
mengizinkan anaknya untuk pacaran. Tadinya backstreet adalah pilihan yang tepat.
Namun tidak lagi untuk sekarang.
Bagaimanapun
juga, aku sebenarnya tidak ingin berpisah sama kamu. Malam itu air mataku
langsung mengalir deras. Lama untuk berhenti. Aku tidak ingin menangis hanya
karena putus cinta. Aku harus kuat. Tapi mungkin karena rasa kecewa karena kamu
gak bisa mempertahanin hubungan kita dan rasa sedihku yang tidak bisa
terbendung lagi. Malam itu terasa tersambar oleh petir. Malam yang sangat
kelabu.
Hanya
24 hari kita menyandang status. Belum genap sebulan kita harus berpisah. Padahal
kamu kado terindah aku. Kita jadian sehari setelah aku berulang tahun. Kebahagiaanku
saat itu makin bertambah selain teman-teman dekatku hadir dan merayakan ulang
tahunku di Bandung. Aku ingat-ingat kembali saat pertama kali kita berkenalan. Sangat
manis. Kita hasil comblangan sahabatku. Sahabatku juga sahabat kamu di kampus. Awalnya
aku tidak menyangka akan terjadi seperti ini. Aku hanya menganggap kamu teman
saja. Tidak ada rencana berkomitmen untuk hubungan yang lebih serius.
Seiring
berjalannya waktu, rasa itu mulai tumbuh, dari 0 menjadi suka, dari suka
menjadi sayang, dan dari sayang menjadi cinta. Dan pada akhirnya menjadi
kenangan.
Aku
senang bisa kenal kamu. Aku berterima kasih atas segalanya. Waktu, kenangan,
suara, perasaan, senyuman, candaan yang sudah kita lakukan.
Berharap
ini semua mimpi burukku. Ketika bangun, kejadian itu memang tidak terjadi. Tapi
nyatanya, itulah yang harus aku terima. Aku mencoba untuk mengikhlaskan dan
merelakan bahwa kita telah usai. Mungkin ini adalah jalan yang terbaik yang
memang harus kita alami. Apabila kita berjodoh, semoga Allah mempersatukan kita
kembali di lain waktu.
Aku sayang kamu Fiq. Because you’re always still in
my deep heart as my prince~ <3
Ini adalah cerita pengalaman pahitku yang terjadi pada tanggal 14 Januari 2017. Aku harap dia dapat membaca tulisan ini juga. Supaya dia tahu, bahwa aku masih menyayanginya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar